Anggota DPR RI Irjen Pol (Purn.) Drs. Frederik Kalalembang saat memberikan penjelasan dalam suatu rapat beberapa waktu lalu di Kantor Hukum JFK Law Firm
Jakarta – Anggota DPR RI Irjen Pol (Purn.) Drs. Frederik Kalalembang ingatkan orang tua lebih bijak dampingi anak dalam mengakses ruang digital. Hal itu disampaikan saat memberikan keynote speach dalam Forum Diskusi Publik: Ruang Digital Anak yang dilakukan secara daring pada Jumat 25/04/2025. Acara ini diikuti secara daring oleh lebih dari 200 peserta. Tampil sebagai pembicara pegiat literasi digital Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si dan psikolog Vivi Noviyanti, S.Psi., M.Psi., Psik. Rekaman webinarnya dapat ditonton di youtube Studio Cikajang berikut: https://www.youtube.com/watch?v=GAaM0AynRtA&t=1638s

“Saat ini gadget menjadi alat yang sering digunakan anak-anak kita karena kebutuhan pendidikan, misalnya dalam mengakses materi pembelajaran, namun harus disadari oleh kita semua bahwa selain materi yang positif, di ruang digital ini tersedia juga konten-konten negatif yang dapat mengancam anak-anak kita. Bisa saja awalnya memang untuk mengakses konten pembelajaran tetapi setelah itu mereka bisa mengakses yang lain karenan semua tersedia di ruang digital. Disinilah pentingnya untuk orang tua berperan membimbing anak-anaknya dalam mengakses ruang digital,” ungkapnya purnawirawan jenderal bintang dua yang akrab disapa JFK ini.
Pegiat literasi digital Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si membuka materinya dengan memaparkan data-data, misalnya dari Asosiasi Pengguna Jasa Internet (APJI) yang mencatat bahwa dari 278,6 jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 221,5 juta atau 79,5% penduduk terdata sebagai pengguna internet. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 memperlihatkan, 39,71 persen anak usia dini telah menggunakan telepon seluler sementara 35,57 persen sudah mengakses internet. Lalu yang cukup mencengangkan adalah data per Juli 2024, sebanyak 1.160 anak dibawah 11 tahun main judi online dengan jumlah transaksi mencapai Rp3 miliar.

Menurut Gun Gun, tingginya pengguna internet di Indonesia tentu saja turut menghadirkan sejumlah permasalah di samping tentu saja ada sisi positif meleknya warga akan internet. Sisi positif misalnya akses yang mudah mendapat informasi dan komunikasi serta stimulus terhadap kreativitas dan proses belajar. Namun, lanjut Gun Gun, masalah yang dihadapi justru jauh lebih besar. “Banjir informasi menyebabkan sulit membedakan mana berita yang benar dan mana yang hoax, besar kemungkinan terpapar konten negatif seperti pornogarfi, SARA, kejahatan siber,” ungkapnya prihatin. Ia juga mengingatkan bahwa penggunaan media sosial dengan porsi waktu yang lama juga dapat berakibat pada menurunnya produktivitas, karena waktu disia-siakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Hal ini beresiko pada gangguan fisik seperti kesehatan mata, insomnia, tidak fokus, ganguan keseimbangan motorik, serta gangguan pekembangan bahasa dan sosial.

Sementara psikolog Vivi Noviyanti, S.Psi., M.Psi., Psik memulai pembahasannya dengan mengidentifikasi ciri generasi digital yang memang identik dengan anak-anak sekarang ini sebagai digital native. Sedari kecil telah mengenal dan menggunakan teknologi yang tersedia. Ciri mereka ditandai dengan selalu ingin cepat, mencari, mengunggah hal-hal yang menurut mereka menyenangkan ke ruang maya. Sebaliknya, mereka cenderung pasif berkomunikasi dan menjauhkan diri dari kehidupan sosial yang kolaboratif. Namun menurut Direktur Nain Consultant ini, ruang digital tentu saja dapat berdampak positif bagi anak dan remaja jika bijak dalam menggunakannya.
“Akses informasi yang tak terbatas memberi anak-anak referensi yang tak terbatas serta meningkatkan kemampuan kognitif anak lebih cepat dan lebih baik sebab anak-anak itu mudah meniru. Tak jarang kita lihat ada anak-anak yang sudah mampu berbicara tentang topik yang melampaui usianya,” ungkap psikolog yang telah malang melintang dalam berbagai assessmen, coaching maupun konseling, baik di sektor swasta, BUMN maupun kementerian.

Mengakhiri materinya, Vivi memberikan tips cerdas dalam memanfaatkan ruang digital bagi anak dan remaja. Ia mengingatkan pentingnya orang tua memiliki wawasan literasi digital agar dapat mendampingi anak dalam memilih informasi dan ruang digital yang positif untuk tumbuh kembang anak. Selain itu, menurutnya penting juga untuk mengajak anak berkomitmen menentukan batas waktu menggunakan gadget dan mengenalkan etika dalam berinteraksi di dunia maya secara bertanggungjawab. Lalu penting juga menitoring untuk mengawasi aktivitas anak di ruang digital agar terhindar dari perundungan atau konten negatif lainnya.
“Perlu juga menyeimbangkan aktivitas anak dengan mengajak bermain di luar rumah agar kemampuan sosialisasi dengan teman seusianya berkembang seiring dengan kemampuan komunikasinya,” tutupnya. [red]

